Langsung ke konten utama

Ikutan #JogjaWalkingTour Edisi Kampung Kauman, Seru Pol!

Pengalaman wisata seperti inilah yang kucari

Jogja Walking Tour Edisi Kampung Kauman_Dok @Komunitas Malam Museum

Meski hari ini (Sabtu, 11/1/2020) sudah memasuki akhir pekan kedua di Januari 2020, nggakpapa ceritanya loncat-loncat. Sekitar seminggu sebelumnya, aku sempat jenuh dan ingin pergi sejenak. Hari Jumat kemarin (10/1/2020), udah mikir mau ke tempat mana aja mulai pagi pas masih di kelas. Pulang dari UGM, segera kuselesaikan segala tugas beres-beres kos biar Sabtu dan Minggu bebas mau ngapain aja. Alhasil pas malamnya ketika bukain story Instagram @jogjapunyaacara, nemu postingan acara #JogjaWalkingTour dari akun Instagram @Komunitas Malam Museum. Pikir-pikir bentar akhirnya memutuskan ikut aja padahal punya rencana lain.

Acaranya mulai dari jam 08.00 WIB dengan titik kumpul di halaman depan Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Sebenernya kikuk juga ke sini karena pas tadi sampai sana sepi, ada tukang parkir aja di depan. Mana nggak tau masjidnya yang mana. Akhirnya mencoba masuk lewat samping gapura karena liat ada orang sliweran di dalemnya. Nah, pas udah masuk di halaman depan, langsung liat wajah penyelenggara yang selanjutnya akan disebut mas Erwin dari Komunitas Malam Museum. Dari segala ucapannya sepanjang acara, mas Erwin ini alumni jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada.

Setelah semua kumpul, sekitar pukul 08.15 WIB barulah perkenalan dimulai dan langsung dibuka dengan sejarah yang ada di halaman depan Masjid Gedhe tersebut. Cerita yang saya tulis di sini berdasarkan ingatan saya dari acara tadi pagi, tidak banyak, karena akan lebih berasa jika teman-teman pembaca bisa ikut jalan-jalan langsung di acara #JogjaWalkingTour. Saya tidak bisa menyebutkan tahunnya karena saya sudah tidak ingat tentang itu, tapi sebetulnya mas Erwin tadi menyebutkan tahunnya. Mas Erwin juga mengatakan kalau berbicara sejarah lebih baik menyebutkan tahun agar lebih otentik. Sekalipun diganti dengan menyebutkan angka abad, angka tahun adalah lebih baik. Di perjalanan tentang Kampung Kauman ini, Mas Erwin memulainya dengan:

1. Terbentuknya Yogyakarta

Sebelumnya, saya pernah dengar desas-desus adanya hubungan antara Kasunanan Surakarta dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ternyata memang keduanya adalah sama-sama pecahan dari Kesultanan Mataram berdasarkan Perjanjian Gianti. Di Yogyakarta terbentuk Keraton Yogyakarta dan di Solo berdiri Keraton Solo alias Kasunanan Surakarta. Seorang yang ditunjuk menjadi pimpinan wilayah Yogyakarta yaitu Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Pas dengar nama Pangeran Mangkubumi langsung ingat Halte Trans Jogja Mangkubumi, waktu itu mikir siapa ya Mangkubumi ini kok aura namanya itu beda, ooh ternyata raja. 

Dari penunjukan itu, Sultan HB I akhirnya mendirikan Keraton Yogyakarta. Setelah itu, dibangun lagi istilahnya empat pilar yang menjadi penyokong atau tata kota atau catur gatra yaitu Keraton, Alun-Alun untuk penyampaian aspirasi warga kepada Sultan, kemudian pasar Beringharjo yang dulu bernama Pasar Gedhe, dan terakhir Masjid Gedhe.

Tambahan link dari portal Pemkot Yogyakarta: Sejarah Kota Yogyakarta

2. Masjid Gedhe

Halaman Masjid Gedhe Kauman_Almira Sifak
Halaman Masjid Gedhe Kauman_Almira Sifak
Salah satu catur tunggal waktu awal berdirinya Yogyakarta adalah masjid karena kesultanan Yogyakarta adalah kerajaan Islam. Nama resmi masjid ini yaitu Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman atau biasa disebut Masjid Gedhe. Luar biasa, masjid yang keliatannya dari depan begitu kecil ini menyimpan begitu banyak cerita sejarah. Awalnya, bagian masjid yang lebih dulu dibangun adalah bagian dalam atau yang dibuat salat. Kemudian dibangun serambi atau teras masjid. Kata mas Erwin, di bagian dalam masjid ini tidak ada ornamen, semuanya polos karena ditujukan agar semua fokus untuk ibadah. Ditambah lagi, di bagian dalam katanya ada kotak besar yang namanya Maksura dan ternyata itu tempat salat Sultan. Dulu hanya Sultan yang boleh salat di situ. Selain itu, juga ada mihrab untuk imam.

Sementara di bagian serambi adalah bagian masjid yang banyak ornamennya. Salah satu ornamennya adalah bentuk bunga buah Nanas yang menggantung di tiang serambi. Pengambilan kata Nanas ini dikaitkan dengan salah satu kata dalam bahasa Arab yaitu An-Nas yang berarti manusia. Sebab, di serambi ini memang ditujukan untuk segala kegiatan yang berhubungan dengan manusia. Beberapa contohnya yaitu digunakan sebagai aktivitas peradilan/pengadilan yang berhubungan dengan agama misal pernikahan, perceraian, dan zakat fitrah. Sebetulnya saya nggak tau bentuknya Masjid Gedhe ini seperti apa. Pas dijelasin bahkan dalam hati bilang, "Trus depanku (Masjid Gedhe) ini apa, masa masjidnya cuma segini, pilarnya mana, kok cuma polosan," ternyata itu cuma serambi, bagian dalamnya ada lagi soalnya ada atap lagi yang gede dibelakangnya, astagaaa. Setelah googling, oh ternyata begitu penampakan bagian dalam Masjid Gedhe, oh itu Maksura, ooohhh.

Halaman depan kiri Masjid Gedhe_Almira Sifak
Halaman depan kiri Masjid Gedhe_Almira Sifak

Tampilan Masjid Gedhe cenderung cukup unik karena kalau tidak salah ingat masih berkaitan dengan pengaruh Hindu. Pengaruhnya ada di bagian atap yang bertumpuk yang jumlahnya gasal, kalau di masjid ini tumpuknya ada tiga. Secara berurutan, tiga atap ini dari tumpuk paling bawah melambangkan Islam, kemudian iman, dan terakhir ihsan. Di bagian puncak Masjid Gedhe ada ornamen bernama Mustaka dan bagian inilah yang paling sakral dari Masjid Gedhe. Mustaka ini terdiri dari untaian melengkung daun kluwih yang berarti keluwihan (Jawa, kelebihan) dan saya lupa artinya. Kemudian ada bunga gambir di bagian bawah daun dan nampak seperti lingkaran. Seingat saya di maknanya ada wangi-wanginya, kalau tidak salah setelah belajar agama ibaratnya akan selalu wangi. Kemudian ada gada yang berdiri tegak di bagian paling atas. Gada ini memberi arti bahwa Allah SWT itu Esa.


Tampak samping masjid Gedhe dengan tiga tumpuk atapnya_Almira Sifak
Tampak samping masjid Gedhe dengan tiga tumpuk atapnya_Almira Sifak

Tambahan link dari portal Masjid Gedhe: Mustaka Masjid Gedhe

Selanjutnya, masih ada cerita lagi tentang kolam yang ada di Masjid Gedhe. Kami diperlihatkan foto-foto lama yang menjadi bukti adanya kolam yang ukurannya sangat besar di samping Masjid Gedhe, panjang sekitar 8 meter sampai-sampai hampir menyentuh bibir serambi masjid. Dalam foto itu, ada anak-anak yang bebas berenang di kolam. Setelah ditinjau para ahli, fungsi kolam tersebut katanya adalah untuk pendingin masjid. Ada juga dosen dari UGM (Maaf lupa namanya, pokoknya perempuan) mengatakan bahwa maknanya adalah sebagai pantulan dari masjid. Ngomong-ngomong tentang pendingin masjid, Mas Erwin juga cerita kalau dulunya masjid ini beralas lantai warna hitam agar dingin. Kemudian pada masa Sultan HB VIII, dilakukan renovasi pada bagian lantai. Lantai yang semula berwarna hitam diganti dengan lantai yang ada saat ini. Saya lupa-lupa ingat apa yang dikatakan mas Erwin, pokoknya ada delapan gambar bunga di tegel baru tersebut yang artinya menjadi ciri perubahan di masa Sultan HB VIII. Saya juga baru tau kalau ayahnya Sultan HB VIII, Sultan HB VII itu sangat kaya dan kekayaannya diwariskan ke anaknya.

Beralih lagi ke gerbang masjid. Di situ gambarnya khas Jogja banget menurut saya. Entah kenapa bangunan-bangunan yang berhubungan sama kepemilikan keraton Yogyakarta begitu, apa memang simbol atau bagaimana. Ternyata, salah satu bagian dari ornamen itu, tepatnya di atas jam dinding adalah ornamen songkok sultan. Disitu aku tersenyum sendiri, oh iya ya, bener juga, itu seperti gambar songkok raja-raja. Katanya, dulu pas jam dindingnya belum ada di situ ditempel mahkota Ratu Inggris (tolong cek lagi kebenarannya, saya agak lupa ini raja atau ratu). Tampilan awal dari Masjid Gedhe bisa teman-teman lihat di poster yang tertempel di dinding bangunan seberang masjid, bangunan Suara Muhammadiyah.

3. Bangunan Sekitar Masjid Gedhe

Halaman Depan Masjid Gedhe_Almira Sifak
Halaman Depan Masjid Gedhe_Almira Sifak
Kirain masjid ya udah masjid aja, ternyata ohh tidak, cerita masih berlanjut dengan bangunan di sekitarnya. Pas pertama dateng liat ada tulisan "toilet" kirain ya bangunan tambahan yang lepas dari sejarah masjid. Di bagian depan sebelah kanan dan kiri masjid Gedhe atau yang ada tulisan "toilet" gede banget itu namanya Bangsal Pagongan. Bangsal ini tempatnya gamelan Yogyakarta yang hanya dibuka pas ada acara tertentu seperti Sekaten. Dua jenis gamelan di sini yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo. Nah, gamelan ini masih ada hubungannya dengan cerita awal pembentukan Yogyakarta tadi. Singkatnya ada seperti kembaran gamelan yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari, tapi yang dibawa ke Yogyakarta adalah Kyai Guntur Madu. Sekarang, gamelan itu sudah dibawa lagi ke keraton dan dimainkan di saat-saat tertentu. Bangsal Pagongan katanya juga menjadi tempat istirahat musafir dengan syarat yang berlaku dari Keraton dan Masjid Gedhe.

Bangsal Pagongan_Almira Sifak
Bangsal Pagongan_Almira Sifak

Berikutnya ada Bangsal Pajagan di sisi kanan-kiri di bagian depan. Di sisi kiri, ada Bangsal Pajagan yang kini menjadi ruang Suara Muhammadiyah. Sesuai namanya, bangsal ini dipakai para abdi dalem untuk melakukan penjagaan. Kemudian di bagian tengah ada gapura masjid dan saya lupa cerita utuhnya. Pagar yang ada di tengah gapura itu hanya dibuka di waktu-waktu tertentu. Dari cerita gapura ini, Mas Erwin juga menceritakan tentang tahun Dal, hitungan windu kalender dimana Sultan memiliki tradisi menendang tembok. Alkisah, Sultan yang saya lupa ke-berapa itu mampu merobohkan tembok untuk segera kembali ke keraton karena keraton diserang secara tiba-tiba oleh ... yah saya lupa lagi, pokoknya menantunya Sultan.

4. Kawedanan Pengulon


Kawedanan Pangulon_Almira Sifak
Kawedanan Pangulon_Almira Sifak
Usai dari halaman depan Masjid Gedhe, kami bergeser ke timur halaman masjid. Jika dilihat dari halaman depan masjid, ada sebuah pintu kecil di sisi barat tepatnya di belakang Bangsal Pagongan. kami memasuki pintu tersebut dan nampaklah satu bangunan yang sangat khas Jawa. Komplek bangunan bernuansa hijau dan kuning tersebut bernama Kawedanan Pengulon. Kata Pengulon berasal dari kata penghulu. Kyai penghulu itu jabatan tertinggi di sana yang mengurusi tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama. Kalau sekarang istilahnya adalah menteri agama. Di bangsal inilah kepengurusan akan Masjid Gedhe dilakukan, ada beberapa jabatan yang khusus mengurus Masjid Gedhe. Beberapa diantaranya yang saya ingat adalah ketib atau khatib, modin atau muazin, trus apa lagi dan apalagi, dan ada abdi dalem sejumlah 40 orang yang tugasnya untuk berjamaah. Jabatan yang dijabat oleh 40 orang ini ada agar bisa melaksanakan salat Jumat yang minimal harus berjumlah 40 orang. Jika ada musafir juga tetap bisa berjamaah karena syarat 40 orang akan terpenuhi. Keren kan.

Mungkin mau baca juga, baru nemu skripsi mahasiswa UIN Suka Yogyakarta : tentang Penghulu Kesultanan Yogyakarta

5. Kampung Kauman

 
Masuk ke Kampung Kauman_Almira Sifak
Masuk ke Kampung Kauman_Almira Sifak

Sebelum  kami memasuki kampung, kami diberi wejangan untuk tetap ramah dan sopan kepada warga sana. Warga Kauman ramah dan kami yang berkunjung harus sopan kepada mereka. Jika bertemu, senyumlah. Jika berbicara, sesuaikan volumenya, tidak perlu keras-keras agar warga tidak terganggu. Tertawa boleh, terbahak-bahak jangan, kata mas Erwin. Kami masuk kampung Kauman tetap dari sisi kanan masjid Gedhe. Ada pintu sama seperti ke Kawedanan Pengulon tadi. Sebelum masuk sana, ada dua orang yang kelihatannya adalah wisatawan asing. Raut dan penampilan mereka menyiratkan mereka sudah sangat jauh lebih tua dari kami. Saya salut tentang keingintahuan mereka untuk ingin tahu sejarah di Kampung Kauman. Mereka didampingi oleh seorang pemandu wisata dan tentunya mereka berbahasa Inggris. Mereka saja mau ngulik sejarah kita dari pemandu wisata, masa kita nggak ngulik dari ahlinya langsung? Kalau ada waktu, saya sarankan ikut kegiatan seperti #JogjaWalkingTour biar tahu banyak banget.

Jalanan Kampung Kauman_Almira Sifak
Jalanan Kampung Kauman_Almira Sifak
Mas Erwin sudah bilang kalau kampung ini seperti labirin karena padat, dalam bayangan sudah terpikir Kayutangan, Kota Malang. Setelah masuk ke kampung, ya hawa-hawanya 11-12. Adem dan damai pas jalan di situ. Kalau kata temen yang baru aku kenal di sana, mbak Ima, warga di sana nggak boleh nyalain motor di dalam kampung. Mereka harus nuntun motor sampe ujung gang alias jalan raya baru boleh dinyalain, makanya suasananya adem, asri juga karena lumayan banyak tanaman.

6. Rumah Para Abdi Dalem dan Usaha Batik Kauman  

Rumah mewah pada zamannya lengkap dengan plakat handel di kampung Kauman_Almira Sifak
Rumah mewah pada zamannya lengkap dengan plakat handel di kampung Kauman_Almira Sifak
Seperti diceritakan sebelumnya, Kauman adalah rumahnya para abdi dalem Keraton. Dulu, abdi dalem digaji dengan tanah. Satu tanah di Kauman untuk tempat tinggal dan tanah-tanah lain di luar Kauman misal Bantul untuk penghidupan para abdi dalem bisa berupa sawah dan lain-lain yang hasil panennya kembali ke abdi dalem. Setelah apa gitu, saya lupa lagi, akhirnya sistem gaji dengan tanah itu diganti dengan uang. Tanah-tanah yang sudah diberikan ditarik kembali oleh Kesultanan. Akan tetapi, tanah di Kauman tersebut tidak ditarik kembali. Tanah tersebut menjadi tanah pemberian Sultan. Saya jadi senang mendengarnya.

Kami berhenti di salah satu rumah yang masih terlihat kental dengan nuansa Indische Empire. Sekarang, kita mungkin biasa saja melihat bangunan rumah seperti itu dengan pintu dan jendela ganda. Ternyata, rumah seperti itu adalah rumah mewah pada zamannya. Pemilik rumah seperti itu sudah pasti orang kaya. Di tembok depan rumah yang menjadi perberhentian kami tersebut tepatnya di depan Rumah Tarjih Kauman ada plakat berupa nama pemilik rumah. Plakat tersebut sebagai penanda bahwa mereka adalah pedagang batik.

Plakat Handel_Almira Sifak
Plakat Handel_Almira Sifak

Pernah dengar batik Kauman? Jika iya, di sinilah asal muasalnya. Kampung Kauman yang menjadi kampung para abdi dalem ini pernah menjadi sentra batik yang sangat terkenal pada zamannya. Sebab gaji abdi dalem dirasa kurang, para istri abdi dalem ingin membuat sesuatu yang bisa menambah pemasukan. Mereka kemudian membuat batik dan akhirnya batik tersebut dikenal dimana-mana dan membuat mereka sukses. Salah satu cirinya ya rumah H. Moeh. BatikHandel yang kami singgahi tadi. Kata handel berasal dari Bahasa Belanda yaitu pedagang. Panel di depan rumah tersebut yang menjadi jejak mereka sebagai pedagang batik. Sayangnya, kejayaan batik ini runtuh ketika krisis ekonomi. Lupa namanya krisis ekonomi Malaysia atau Malaise gitu. Berbeda halnya dengan Solo yang masih selamat dan kini dikenal dengan batik laweyan.

7. Langgar Kha Ahmad Dahlan Kauman

Panah ke Langgar KHA Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Panah ke Langgar KHA Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Tentu pernah dengan Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, bukan? Pernah nonton film Sang Pencerah besutan Hanung Bramantyo? Nah, jejaknya ada di sini. Ahmad Dahlan adalah satu-satunya putra laki-laki dari abdi dalem KH Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah khatib Masjid Gedhe. Sebab Ahmad Dahlan adalah laki-laki satu-satunya, maka ia digembleng belajar agama oleh ayahnya. Ia diberangkatkan haji dua kali. Pertama saat berusia 15 tahun dan belajar agama di Makkah selama lima tahun. Kedua kalinya ketika ia menggantikan Sultan HB untuk berhaji karena situasi yang tidak memungkinkan untuk Sultan meninggalkan keraton dalam waktu yang lama. Saya pernah mendengar cerita tentang asal mula pertentangan NU dan Muhammadiyah. Guru dari kedua pendiri dua organisasi Islam besar di Indonesia ini sama. Sayangnya kemudian diubah di tengah jalan oleh beberapa orang. Di sini, Mas Erwin menceritakan perubahan di Muhammadiyah itu terjadi ketika Ahmad Dahlan sudah tiada. Saya tidak mau menjabarkan ini karena banyak sekali tadi ceritanya dan khawatirnya ada yang sensitif & menyentil bagi beberapa pembaca.

Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Setelah kepulangan hajinya yang pertama, Ahmad Dahlan mendirikan langgar dan sekolah untuk belajar agama. Pendirian sekolah ini karena ada sedikit perselisihan paham akan pembelajaran agama di sana dan di luar ala bangsa barat. Ahmad Dahlan menginginkan perubahan yang lebih baik dengan mencoba melakukan pendekatan berbeda namun ditentang oleh Kyai Penghulu Masjid Gedhe. Pertentangan tersebut mengakibatkan langgar tersebut pernah dibakar karena dianggap sesat. Permasalahan sesat yang diceritakan oleh Mas Erwin terkait dengan arah kiblat yang selama ini belum tepat menghadap ke Ka'bah tapi ke Afrika. Ahmad Dahlan membetulkan arah kiblat yang benar tetapi ditentang oleh Kyai Penghulu. Dari sini, saya jadi ingat Ilmu Falak dan skripsi kakak tingkat, mbak Nurlatifah tentang arah kiblat.

Sekolah Ahmad Dahlan Kauman Yogyakarta_Almira Sifak
Sekolah Ahmad Dahlan Kauman Yogyakarta_Almira Sifak
Link tambahan skripsi mahasiswa Universitas Negeri Malang, Nurlatifah Kafilah: tentang pengukuran arah kiblat menggunakan Mizwala Qibla Finder

Sekolah Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Sekolah Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Tadi, langgar ini ditutup, kata Mas Erwin, langgar ini kadang dibuka ketika siang. Di dalam sana, ada satu foto yang menunjukkan bahwa Ahmad Dahlan ternyata memiliki empat istri. Sementara dalam narasi sejarah yang sampai pada kita sampai saat ini adalah istri Ahmad Dahlan hanya satu, padahal tidak. Saya salut sama Komunitas Malam Museum karena mendapat data ini dari cicit Ahmad Dahlan, super keren! Di sebalah kanan langgar, ada rumah kecil berwarna hijau-hijauan, bukan rumah yang gede di sebelah kiri, itu adalah rumah Ahmad Dahlan.

Rumah Ahmad Dahlan_Almira Sifak
Rumah Ahmad Dahlan_Almira Sifak

8. Langgar Dhuwur

Saya tidak ingat banyak tentang Langgar Dhuwur. Intinya langgarnya ada di lantai dua, di atas gapura gang. Kami sampai di sini dengan keluar dulu dari Kampung Kauman ke arah sisi belakang keraton kemudian masuk lagi ke Kampung Kauman dari sisi lainnya. Di langgar itu sama-sama digunakan untuk belajar agama. Ahmad Dahlan juga memiliki murid di langgar ini. Langgar ini kelihatannya memang kecil tapi sebenarnya memanjang ke samping kanan dan kiri. Sayangnya, kini sudah banyak bangunan di Kauman yang beralih fungsi termasuk di langgar ini. Bangunan tersebut berubah menjadi kos-kosan karena pemilik memilih untuk menyewakannya untuk menambah pemasukan pasca jatuh krisis dulu. Di sebelah bawah kiri langgar adalah tempat tinggal Menteri Urusan Haji era Soekarno.

9. Musala 'Aisyiyah Kauman Yogyakarta

Musala Aisyiyah Kauman Yogyakarta_Almira Sifak
Musala Aisyiyah Kauman Yogyakarta_Almira Sifak
Istimewanya musala ini adalah khusus untuk perempuan. Khusus karena tujuannya untuk membahas masalah fiqih wanita yang cukup tabu jika dibicarakan secara umum. Nama 'Aisyiyah ini diambil dari nama istri Rasulullah saw yaitu Aisyah. Ada peran Ahmad Dahlan dalam pembangunan musala ini. Sayangnya, musala ini selesai dibangun setelah Ahmad Dahlan tiada sehingga ia tidak dapat menyaksikan musala ini digunakan ibadah.

Musala Aisyiyah_Almira Sifak
Musala Aisyiyah_Almira Sifak

10. Pernikahan Sekampung dan Rumah Kos yang Dipercaya Warga Setempat Pernah Menjadi Tempat Kos Amien Rais

Rumah yang diyakini menjadi rumah kos Amien Rais_Almira Sifak
Rumah yang diyakini menjadi rumah kos Amien Rais_Almira Sifak

Katanya sih, dulu, orang kampung sini ya nikahnya sesama orang kampung sini. Kalau ada yang nikah dengan orang luar kampung, harus hengkang dari sana. Akan tetapi sekarang sudah agak bergeser. Warga Kauman tidak sepenuhnya warga asli karena warga menyewakan rumahnya tadi. Ada yang ngekos di sana. Salah satunya yang diyakini warga pernah ngekos di sana adalah Amien Rais semasa ia sekolah di Yogyakarta. Terlepas dari Amien Rais, ketika sore hari, kawasan kampung ini ramai dengan anak-anak sekolah karena berfungsi sebagai kos-kosan.

Kos Amien Rais_Almira Sifak
Kos Amien Rais_Almira Sifak

Jadi, begitu cerita hari ini. Sangat menyenangkan, teman-teman. Pokoknya kalau teman-teman ada waktu ke Jogja atau bahkan tinggal di Jogja, ikut wisata sama #JogjaWalkingTour sudah rekomendasi banget dari saya. Masalah harga, mereka tidak mematok harga, istilahnya pay as you wish. Tau nggak kenapa saya bisa inget cerita di atas? Saya nggak pake bantuan rekaman dan catatan apa pun selama mas Erwin menerangkan, tapi saya bisa ingat banyak karena penjelasannya runtut. Coba deh, lain waktu teman-teman ikut juga ya!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkaian Kata selama USM STIS Tahap I Tahun 2014 di UBHARA Surabaya

Hari ini terasa begitu cepat datang. Hari dimana aku harus berperang melawan kertas-kertas diam tak berdaya namun mempunyai efek yang sangat besar jika bisa menaklukkan lembaran kertas tipis itu. Malam ini, tidurku tidak terlalu nyenyak. Apakah aku tegang?kurasa tidak. Entah mengapa 2 malam terakhir ini aku susah tidur, yaa mungkin karena hari ini. Terdengar alam membangunkan umat manusia untuk melaksanakan shalat Subuh. Dalam rasa dingin dan lapar, aku dan dua temanku bergegas menuju tempat panggilan alam saat pagi hari. Waktu kami tidak banyak, kami harus sesegera mungkin merapikan diri, sarapan, dll. Kami bertiga hanya sarapan mie instan (mi Sedaap goreng 2 bungkus). Disepiring bertiga itu aku hanya makan 1 sendok (dikit banget kan) takut pas jalan ke Ubhara muntah (karena kalau pagi aku pasti ngerasain yang namanya “neg”, Dari pagi aku udah minim Sprite jadi yaa mudah-mudahan nggak ngrusak suasana). Sekitar pukul 06.00 WIB kami berangkat menuju UBHARA (Universitas Bhayangkar

Create Your Own Story

Ilustrasi story (ist) Hallo! Malam ini saya bikin postingan berjudul Create Your Own Story ini karena terinspirasi dari sebuah Talk show. Talk show ini kemarin sih, tapi bekasnya sampe sekarang masih ada, Wow, hahaha! Kemarin itu (15/12/2018) aku dateng ke acara Talk Show Beasiswa. Pas sesi QnA, tiga orang pembicara di depan (M. Khairuddin, dosen Polinema; Arum Prasasti, dosen UM, dan Reza Deviansyah, owner Bolehbaca.com) saling menggali lagi pengalaman mereka dalam mencari beasiswa. Nah, pas mas Reza (beliau alumni LPDP dan ANU) cerita, beliau cerita kenapa dia yang sempat punya IPK rendah (2 koma sekian bahkan 0) itu bisa dapet LPDP dan ketrima di ANU (kampus peringkat 19 dunia men). Alasannya adalah karena eliau punya cerita! View this post on Instagram 15 Desember 2018⁣ ⁣ Boba Library mengadakan BOBA Talks dengan tema "Dari Kota Malang Menuju Kampus Dunia". Dua pemateri, dua kampus dari dua benua berbeda, dan dua be